Kamis, 03 Juli 2008

PERSEDIAAN

PENDAHULUAN


Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan pengusaha dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya. Hal ini bisa terjadi karena tidak selamanya barang atau jasa tersedia setiap saat. Sehingga akan mengakibatkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan oleh perusahaan tersebut. Persediaan ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut terjamin kelancarannya. Dengan demikian, perlu diusahakan keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkan.
Pengertian persediaan dalam hal ini merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memeperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan dan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumen atau sebaliknya tidak perlu konsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi.
Persediaan merupakan salah satu unsure paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar sumber perusahaan sering dikaitkan di dalam persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan pabrik. Nilai persediaan harus dicatat, digolongkan, kemudian dibuat perincian masing-masing barangnya dalam sustu periode yang bersangkutan.
Pada akhir suatu periode, pengalokasian biaya harus dibuat dan dapat dibebankan pada aktifitas mendatang. Dalam mengalokasikan biaya, biasanya setiap perusahaan mengenal pusat-pusat periode tertentu sehubungan dengan penentuan posisi keuangan perusahaan bagi suatu unit usaha. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya akan menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan secara layak.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting, karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Mengelola tingkat persediaan merupakan hal yang mendasar dalam pembentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Kualitas, rekayasa produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan, tenggang waktu, dan profitabilitas keseluruhan, adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Secara umum, perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaingnya cenderung untuk berada dalam posisi kompetitif yang lebih lemah. Persediaan dan bagaimana ia dikelola berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan untuk memeperoleh sisi kompetitif untuk menghasilkan uang sekarang dan di masa yang akan datang. Kebijakan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata kompetitif.
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menjadi beberapa cara. Dalam hal ini terdapat masalah di dalam Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat ini. Jadi pembelian atau pembuatan dilakukan dalam jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Hal ini terjadi karena adanya pembelian dalam jumlah besar, sehingga akan menciptakan suatu persediaan. Pembelian dalam jumlah besar relative lebih menguntungkan karena ada kemungkinan mendapatkan potongan harga pembelian, biaya pengangkutan perunit lebih murah, dan penghematan biaya lainnya yang mungkin diperoleh.
Untuk itu, perlu membandingkan antara penghematan-penghematan atas pembelian secara besar-besaran dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan tersebut, seperti biaya sewa gudang, biaya investasi, resiko penyimpanan, dan sebagainya.. jadi keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot Size Inventory antara lain :
1. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian,
2. Memperoleh efisiensi produksi karena adanya operasi atau production run yang lebih lama,
3. Adanya penghematan biaya angkut.

Uraian di atas menjelaskan betapa pentingnya untuk mengelola masalah persediaan, oleh karena itu, penting bagi semua jenis perusahaan untuk mengadakan pengawasan atas persediaan karena hal ini dapat membantu tercapainya tingkat efisiensi penggunaan uang dalam persediaan. Namun perlu ditegaskan bahwa tidak berarti hal itu dapat melenyapkan sama sekali resiko yang timbul akibat persediaan yang terlalu besar atau kecil, tetapi dapat mengurangi resiko tersebut. Sedangkan tujuan inti dari pengelolaan atau mengatur tingkat pengeluaran adalah untuk mengantisipasi ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan pelanggan karena tidak selamanya barang dan jasa setiap saat. Untuk itulah manajemen persediaan sangat diperlukan di setiap perusahaan.

II.A. Arti Dan Peranan Persediaan
Persediaan (inventory) dapat didefinisikan sejumlah uang yang dihabiskan organisasi untuk mengubah bahan mentah menjadi pekerjaan dalam proses. Pada dasarnya persediaan akan mempermudah operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang dan menyampaikannya kepada konsumen.
Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk :
 Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang
 Menghilangkan resiko barang yang rusak
 Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan
 Mencapai penggunaan mesin yang optimal
 Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen

II.B. Jenis-Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
B.I Batch Stock
Persediaan yang diadakan karena pembelian bahan-bahan atau barang-barang dalam dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
B.II Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi turun naiknya permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan
B.III Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat

II.C. Persediaan Menurut Jenis Dan Posisi Barang
 Persediaan bahan baku
 Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli
 Persediaan bahan penolong
 Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses
 Persediaan barang jadi

II.D. Biaya Persediaan
Di dalam dunia yang penuh kepastian dimana permintaan akan suatu produk atau bahan baku diketahui dengan pasti untuk periode waktu tertentu, terdapat dua biaya utama yang berkaitan dengan persediaan. Jika persediaan didapatkan atau dibeli dari sumber luar, maka biaya yang akan timbul adalah :
• Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya-biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan. Misalnya biaya administrasi dan dokumen, biaya asuransi untuk pengiriman, serta biaya pembongkaran
• Biaya penyimpanan (carrying cost) adalah biaya-biaya untuk untuk menyimpan persediaan. Misalnya asuransi, pajak persediaan, keusangan, biaya peluang dari dana yang terikat dalam persediaan, biaya penangana, dan ruang penyimpanan persediaan
Sedangkan apabila persediaan didapatkan atau diproduksi secara internal, maka biaya yang timbul adalah ;
• Biaya persiapan atau penyetelan (setup cost) adalah biaya-biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk atau komponen tertentu. Misalnya upah pekerja bagian produksi yang tidak terpakai, biaya fasilitas produksi yang tidak terpakai, dan biaya uji coba produksi.
• Biaya penyimpanan (carrying cost) adalah biaya-biaya untuk untuk menyimpan persediaan. Misalnya asuransi, pajak persediaan, keusangan, biaya peluang dari dana yang terikat dalam persediaan, biaya penangana, dan ruang penyimpanan persediaan
Biaya penyimpanan persediaan berkisar antara 12-40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan manufaktur biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.


II.E. Alasan Tradisional Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal mensyaratkan untuk meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalisir biaya penyimpanan mendukung pemesanan atau produksi dalam satuan-satuan kecil, sementara meminimalkan biaya pemesanan mendukung pemesanan dalam jumlah besar. Jadi, meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau bahkan tidak ada, sedangkan memianimalkan biaya pemesanan atau persiapan mendorong jumlah persediaan yang besar. Kebutuhan untuk menyeimbangkan dua kelompok biaya tersebut agar total biaya penyimpanan dan pemesanan dapat diminimalkan adalah salah satu alasan mengapa perusahaan memilih untuk menyimpan persediaan.
Alasan utama yang kedua mengapa harus memiliki persediaan adalah adanya masalah ketidak pastian permintaan. Meskipun biaya pemesanan atau persiapan jumlahnya tidak berarti, namun perusahaan masih tetap akan menyimpan persediaan karena adanya biaya habis persediaan. Selain itu persediaan komponen dan bahan mentah seringkali dipandang perlu karena adanya ketidakpastian pasokan. Jadi, persediaan penyangga untuk komponen dan bahan baku diperlukan untuk menjaga aliran produksi bila terjadi keterlambatan pengiriman atau berhentinya pengiriman. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan juga dapat menciptakan permintaan akan diproduksinya persediaan ekstra. Dari rangkaian diatas dapat dikemukakan beberapa alasan mengapa mesti menyimpan persediaan yaitu :
 Untuk menyueimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dengan biaya penyimpanan
 Untuk memenuhi permintaan pelanggan
 Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat kerusakan mesin, kerusakan komponen, tidak tersedianya komponen, dan pengiriman komponen yang terlambat
 Untuk menyangga proses produksi yang tidak dapat diandalkan
 Untuk memanfaatkan diskon
 Untuk menghindari kenaikan harga dimasa depan
Hal yang perlu diperhatikan adalah alasan-alasan tersebut dikemukakan untuk membenarkan penyimpanan persediaan. Ada berbagai alasan lainnya yang dapat diberikan untuk mendorong penyimpanan persediaan. Misalnya, ukuran kinerja seperti efisiensi mesin dan tenaga kerja dapat mendorong penyimpanan persediaan.

II.F. Model Persediaan Tradisional Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity /EOQ)
Pendekatan tradisional untuk mengelola persediaan telah dikenal sebagai sebagai just in case. Dalam beberapa situasi sistem persediaan just in case benar-benar sangat tepat. Sebagai contoh, rumah sakit memerlukan persediaan obat resep, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya sepanjang waktu, untuk dapat menangani situasi darurat. Penggunaan pesanan ekonomis bersama dengan persediaan pengaman tampak sangat masuk akal dalam lingkungan seperti itu. Menjgandalkan sistem just in time bagi suatu obat yang penting utuk mengatasi seranggan jantung, tampaknya adalah hal yang sangat tidak praktis. Selain itu, banyak toko eceran kecil, perusahaan manufaktur, dan perusahaan jasa mungkin tidak memiliki daya beli untuk menjalankan sistem manajemen persediaan alternative seperti pembelian tepat waktu.
Dalam mengembangkan suatu kebijakan persediaan, terdapat dua pertanyaan mendasar, yaitu :
o Berapa banyak yang yarus dipesan, dan
o Kapan pemesanan harus dilakukan
Sebelum menjawab pertanyaan kedua terlebih dahulu harus menjawab pertanyaan yang pertama. Dalam menentukan kuantitas pesanan atau ukuran lot produksi, manajer hanya perlu memberi perhatian pada biaya pemesanan dan penyimpanan. Total biaya pemesanan dan penyimpanan dapat diilustrasikan dengan persamaan di bawah ini :
TC = PD/Q + CQ/2
= Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan
Dimana TC = Total biaya pemesanan (atau persiapan) dan biaya penyimpanan
P = Biaya menempatkan pemesanan dan penerimaan pesanan
D = Jumlah permintaan pesanan yang diketahui
Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan
C = Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun

Biaya penyimpanan persediaan dapat dihitung untuk setiap organisasi yang memiliki persediaan, termasuk perusahaan eceran, jasa, dan manufaktur. Tentu saja, model biaya persediaan yang menggunakan biaya persiapan dan ukuran lot persediaannya. Agar dapat menggambarkan aplikasinya bagi organisasi jasa, asumsikan bahwa nilai-nilai berikut diterapkan untuk sebuah komponen dalam perusahaan jasa :
Diketahui :
D = 10.000 unit
Q = 1.000 unit
P = Rp 25 per pesanan
C = Rp 2 per unit
Setelah itu dapat dimasukkan pada persamaan TC = PD/Q + CQ/2 maka TC = (25 x 10.000/1.000) + (2 x 1.000/2) = 250 + 10.000 = 1.250.
Dari perhitungan di atas dapat diketahui total biaya adalah Rp 12.500, namun kuantitas pesanan sebanyak 1.000 unit dengan total biaya sebesar 1.250, mungkin bukan pilihan yang terbaik. Beberapa kuantitas pesanan lainnya mungkin menghasilkan total biaya yang lebih rendah. Tujuannya adalah menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan total biaya, kuantitas pesanan ini disebut kuantitas pesanan ekonomis atau economic order quantity (EOQ). Model EOQ adalah sebuah contoh sistem persediaan yang didorong, dimana persediaan diawali dengan antisipasi permintaan dimasa mendatang, bukan reaksi terhadap permintaan saat ini. Hal yang mendasar dari model ini adalah penentuan nilai D, yaitu permintaan di masa yang akan datang.

Menghitung EOQ
Rumus yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah :
Q = EOQ = 2PD/C

Contoh :
Di ketahui :

D = 10.000 unit
Q = 1.000 unit
P = Rp 25 per pesanan
C = Rp 2 per unit


EOQ = (2 x 25 x 10.000)/2

= 2.50.000

= 500
Dengan Q sebesar 500, kemudian di masukkan kedalam fungsi yang pertama (TC = PD/Q + CQ/2), maka akan di dapat total biaya sebesar 1.000, yaitu : (25 x 10.000/500) + (2 x 500/2) = 500 (biaya penyimpanan) + 500 (biaya pemesanan) = 1.000.
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa besarnya biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan. Hal ini selalu berlaku untuk model EOQ yang sederhana, dan dapat diketahui pula bahwa kuantitas pesanan sebesar 500, lebih murah daripada kuantitas pesanan sebesar 1.000 unit.
Model EOQ sangat berguna untuk mengidentifikasi pertukaran optimal antara biaya penyimpanan persediaan dan biaya persiapan. Model EOQ juga berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian melalui persediaan pengaman. Pentingnya model ini dapat diapresiasikan secara lebih baik dengan memahami sifat lingkungan manufaktur tradisional. Lingkungan tersebut mempunyai cirri produksi dalamjumlah missal atas beberapa jenis produk standar, yang umumnya memiliki biaya persiapan yang tinggi. Selain itu, keanekaragaman dipandang sebagai suatu yang memakan biaya dan harus dihindari. Memproduksi berbagai variasi dari suatu produk bisa cukup mahal, terutama karena fitur tambahan yang khusus biasanya akan memerlukan persiapan yang lebih sering dan lebih mahal yang menjadi alasan untuk standardisasi produk.


II.G. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Apabila EOQ menjawab pertanyaan berapa banyak pemesanan optimal, ROP menjawab pertanyaan kapan mulai mengadakan pemesanan. Mengetahui kapan harus memesan merupakan bagian penting dari kebijakan persediaan. ROP adalah titik waktu dimana sebuah pesanan baru harus dilakukan, hal ini terjadi apabila jumlah persediaan di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian harus menentukan berapa batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.
Hal ini merupakan fungsi dari EOQ, tenggang waktu dan tingkat dimana persediaan hampir habis. Tenggang waktu adalah waktu yang diperlukan umtuk menerima kuantitas pesanan ekonomis setelah pesanan dilakukan atau persiapan dimulai. Untuk menghindari biaya habisnya persediaan dan untuk meminimalkan biaya penyimpanan, pesanan harus dilakukan sehingga ia tiba pada saat unit terakhir dalam persediaan digunakan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu pada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.
ROP atau biasa disebut dengan batas jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya ekstra stok.
MODEL-MODEL ROP
 Jumlah permintaan maupun masa tenggang adalah konstan
 Jumlah permintaan adalah variabel, sedangkan masa tenggang adalah konstan
 Jumlah permintaan adalah konstan, sedangkan masa tenggang adalah variabel
 Jumlah permintaan maupun masa tenggang adalah variabel.
Mengetahui tingkat penggunaan dan tenggang waktu akan memungkinkan kita untuk menghitung titik pemesanan kembali (ROP) yang memenuhi tujuan berikut :
ROP = Tingkat penggunaan x Tenggang waktu
Contoh :
Diketahui : Suatu perusahaan menggunakan 50 unit perhari, dan tenggang waktunya adalah 4 hari, jadi perusahaan tersebut harus melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan berada pada titik 200 unit ( 50 unit x 4 hari).



Ketidak Pastian Permintaan Dan Titik Pemesanan Kembali
Jika permintaan atas komponen atau produk tidak diketahui dengan pasti, maka terdapat kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan. Sebagai contoh jika unit yang digunakan tadi sebesar 60, bukan 50, maka perusahaan akan menggunakan 200 komponen selama tiga sepertiga hari. Oleh karena pesanan baru tidak akan diterima sampai akhir hari keempat, maka perusahaan akan menganggur selama dua pertiga hari, untuk mengantisipasi hal ini organisasi sering kali memilih untuk menyimpan persediaan pengaman (safety stock). Safety stock adalah persediaan yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan. Persediaan pengaman dihitung melalui perkalian tenggang waktu dan selisih antara tingkat penggunaan maksimal dan rata-rata penggunaan persediaan. Sebagai contoh, jika penggunaan maksimal adlah 60 unit perhari, rata-rata penggunaan adalah 50 unit perhari,dan tenggang waktu adalah empat hari, maka safety stock dapat dihitung sebagai berikut:
(Penggunaan maksimal-penggunaan rata-rata) x (Tenggang waktu)
(60-50) x 4 = 40
Dengan adanya safety stock, ROP dapat dihitung sebagai berikut :
ROP = ( Tingkat rata-rata penggunaan x Tenggang waktu) + Safety stock
Bila diketahui : : Suatu perusahaan menggunakan 50 unit perhari, dan tenggang waktunya adalah 4 hari, dan persediaan pengaman adalah 40 unit, maka ROP dapat diperoleh dengan : (50 x 4 ) + 40 = 240 unit
Bila di ketahui :
Permintaan rata-rata 100 per hari
Permintaan maksimal 120 perhari
Permintaan tahunan 36.000
Biaya persiapan 20
Biaya penyimpanan perunit adalah 4
Tenggang waktu 20 hari
Jawab ; EOQ = 2PD/C

2 x 20 x 36.000/4

= 360.000

= 600
Penggunaan maksimal = 120
Penggunaan rata-rara = 100
Selisih = 20
Tenggang waktu = 20
Total persediaan pengaman = 400
ROP = (Penggunaan rata-rata x Tenggang waktu) + Persediaan pengaman
= (100 x 20 ) + 400
= 2400 unit.
EOQ dan ROP tersebut di atas mudah-mudahan dapat menjawab dua pertanyaan yang mendasar yang terlebih dahulu dikemukakan di atas, yaitu:
o Berapa banyak yang yarus dipesan, dan
o Kapan pemesanan harus dilakukan



II.H. Manajemen Persediaan JIT (Just In Time)
Pada masa globalisasi, dimana pasar kompetitif tidak lagi ditentukan oleh batasan negara, hal ini didukung oleh kemajuan dalam bidang transportasi dan komunikasi yang terus mengalami peningkatan, sehingga menimbulkan persaingan yang sangat ketat. Tekanan persaingan ini telah menyebabkan banyak perusahaan meninggalkan model EOQ dan beralih kepada pendekatan just in time untuk proses manufaktur dan pembelian.
Manufaktur JIT adalah sustu sistem berdasarkan kepada tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem permintaan yang ada, bukan didorong kepada sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Sebagai contoh banyak restoran cepat saji menggunakan sistem tarikan permintaan untuk mengendalikan persediaan barang jadi mereka. Ketika pelanggan memesan makanan, makanan tersebut akan diambil pada rak yang tersedia.ketika makanan itu sudah terlalu sedikit koki membuat makan yang baru. Prinsip yang sama digunakan pada manufaktur. Bahan baku atau bahan rakitan tiba pada saat dibutuhkan agar produksi dapat berjalan, sehingga permintaan dapat dipenuhi. JIT juga banyak digunakan pada sistem pembelian (JIT purchasing) dimana para pemasok disyaratkan untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat pada waktunya untuk produksi. Hubungan dengan pemasok adalah hal yang sangat penting.
JIT memiliki dua tujuan strategis yaitu :
o Meningkatkan laba
o Memperbaiki posisi bersaing perusahaan
Kedua tujuan ini dica[ai dengan cara mengendalikan biaya, memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas. Sistem JIT menawarkan peningkatan efisiensi biaya dan secara simultan mempunyai fleksibilitas untuk merespons permintaan pelanggan akan kualitas yang lebih baik serta variasi yang lebih banyak. Serta secara terus menerus berupaya untuk melakukan penghapusan pemborosan. Jadi JIT tidak hanya focus pada manajemen persediaan, tetapi menawarkan nilai tambah yaitu pengendalian persediaan.


Karakteristik JIT
1. Tata letak
Dalam pekerjaan secara tradisional dan proses manufaktur secara bach, produk dipindahkan dari satu kelompok mesin yang sama ke kelompok mesin yang lainnya, sehingga mesin dengan fungsi yang sama ditempatkan menjadi satu dalam satu area, sedangkan JIT menawarkan sebuah pola yang disebut sel manufaktur, yang terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran, mesin-mesin diatur sehingga mampu melakukan berbagai operasi secara berurutan, para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk untuk mengoperasikan semua mesin sehingga para pekerja mempunyai berbagai keahlian sekaligus, berbeda dengan sistem tradisional yang hanya terpaku pada area tertentu saja.

2. Pengelompokan dan pemberdayaan karyawan
Perbedaan structural utama lainnya antara organisasi JIT dan tradisional berhubungan pada pengelompokkan dan tanggung jawab karyawan. Pada JIT tiap sel dipandang sebagai pabrik mini, jadi setiap sel membutuhkan akses yang mudah dan cepat untuk mendukung pelayanan. Akibatnya para personel dari dari departemen pelayanan seringkali ditugaskan ke sel. Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga memiliki pemgaruh pada relokasi dukungan pelayanan pada sel. Kemampuan ulti tugas ini secara langsung akan berhubungan pada pendekatan tarikan melalui produksi. Produksi berdasar pada permintaan berarti bahwa para pekerja produksi sering memiliki waktu luang yang dapat digunakan untuk melakukan aktifitas pendukung yang dipilih.

3. Total Quality Control
JIT perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan kualitas, suatu suku cadang yang cacat memberikan pekerjaan pada pemotongan. JIT tidak dapat diimplementasikan tanpa suatu komitmen pada pengendalian kualitas total (TQC) yang pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk suatu kualitas sempurna, usaha untuk mendapatkan desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat.
4. Ketertelusuran Biaya Overhead
Suatu sistem pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan biaya pada produk individual :
 Penelusuran langsung
 Penelusuran penggerak
 Alokasi
Dari ketiga metode tersebut penelusuran langsung merupakan yang paling akurat, sehingga banyak lebih disukai dari pada metode yang lainnya. Dalam suatu lingkungan JIT biaya overhead yang tadinya dibebankan pada produk dengan menggunakan penggerak aktifitas dan terkadang alokasi, saat ini dapat ditelusuri secara langsung terhadap produk, manufaktur selular, tenaga kerja berkeahlian ganda dan aktifitas pelayanan yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT yang bertanggung jawab pada perubahan dalam penelusuran ini.

5. Pengaruh Persediaan
JIT umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikandari persediaan adalah kesuksesan JIT. Akan tetapi ide pencapaian persediaan yang tidak signifikan menentang alasan tradisional untuk menyimpan persediaan. alasan-alasan ini tidak lagi dipandang berlaku.
JIT menolak untuk menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah ini, bahkan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan namun sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk bersaing. Persediaan yang banyak merupakan eksistensi masalah yang harus dipecahkan dan seringkali berarti kualitas rendah, tenggang waktu yang panjang, dan kinerja jatuh tempo yang rendah. Manajemen persediaan JIT menawarkan penyelesaian alternative yang tidak membutuhkan persediaan yang banyak.
JIT merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mengakui keberadaan biaya persiapan dan mkemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan perimbangan terbalik dari dua kategori biaya. Dilain pihak JIT tidak menerima biaya persiapan, malah sebaliknya JIT mencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biaya persiapan dan biaya pemesanan menjadi tidak signifikan maka biaya yang tersisa untuk dikurangi adalah biaya penyimpanan, yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai ke tingkat yang sangat rendah.

Keterbatasan JIT
JIT bukan merupakan pendekatan yang dapat dibeli dan diterapkan dengan hasil segera. Implementasinya merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner. Sehingga dibutuhkan kesabaran. JIT sering kali disebut sebagai program penyederhanaan, namun ini bukan berarti mudah atau sederhana untuk diterapkan. Keterbatasan JIT diantaranya :
 Dibutuhkan waktu yang tidak sekejap untuk membina hubungan baik dengan pemasok
 Sering kali adanya penyalah artian hubungan dengan pemasok, sehingga yang timbul bukan lagi kemitraan melainkan pemaksaan
 Pengurangan penyangga persediaan menyebabkan arus kerja yang terpecah dan tingkat stress yang tinggi diantara para pekerja produksi
 Adanya perasaan dari para pekerja bahwa JIT adalah suatu pemerasan
 Tidak adanya persediaan untuk menyangga berhentinya produksi.

Mungkin strategi yang lebih baik dari penerapan JIT adalah dimana pengurangan persediaan mengikuti perbaikan proses yang ditawarkan JIT. Menerapkan JIT adalah tidak mudah dan memerlukan perencanaan serta persiapan yang hati-hati dan saksama. Perusahaan harus siap untuk menghadapi perjuangan dan kegagalan.


III.A Kesimpulan
Persediaan sangat penting bagi setiap perusahaan, baik perusahaan jasa, maupun manufaktur. Adanya persediaan akan mempermudah jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang atau jasa dan menyampaikannya kepada konsumen, selain itu persediaan juga berguna untuk mengantisipasi ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan pelanggan karena tidak selamanya barang atau jasa itu ada setiap saat.
Dua pendekatan yang dikemukakan mengenai manajemen persediaan :
 Model persediaan tradisional dengan sistem EOQ
 Model persediaan dengan JIT
Kedua model tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Dibawah ini perbedaan utama antara model tradisional dan JIT :
JIT TRADISIONAL
1 Sistem tarik 1 Sistem dorong
2 Persediaan tidak signifikan 2 Persediaan signifikan
3 Pemasok kecil 3 Pemasok besar
4 Kontrak pemasok jangka panjang 4 Kontrak pemasok jangka pendek
5 Struktur selular 5 Struktur departemental
6 Tenaga kerja berkeahlian ganda 6 Tenaga kerja terspesialisasi
7 Pelayanan terdesentralisasi 7 Pelayanan tersentralisasi
8 Keterlibatan karyawan tinggi 8 Keterlibatan karyawan rendah
9 Gaya manajemen memfasilitasi 9 Gaya manajemen mengawasi
10 Pengendalian kualitas total 10 Tingkat kualitas yang dapat diterima
11 Dominasi penelusuran langsung 11 Dominasi penelusuran penggerak

III.B Saran
Disadari atau tidak penulis dalam hal ini banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun dari kaidah-kaidah penulisan, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari segenap pembaca. Sedikit harapan dari penulis mudah-mudahan goresan pena yang sekelumit ini dapat berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya ilmu ekonomi.