Senin, 02 Juni 2008

GILANYA ANAK KOS



Dunia kos-kosan memang menyenangkan selain kita diberikan banyak kebebasan untuk mengelola hidup, kos-kosan juga bagaikan rumah kedua setelah rumah orang tua kita, banyak hal yang dapat terjadi disana dan banyak juga hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan kos-kosan mulai dari obrolan social, politik, dan bahkan tentang percintaan.

Dikos-kosan saya dihni banyak mahasiswa yang beragam asalnya, beragam smesternya, beragam hobinya, tetapi lebih sering kuliah pada kelas yang sama (banyak yang melakukan pendalaman materi) karena sebagian besar beraktifitas diluar basic pendidikan begitu alasan kami untuk membela diri.

Suatu malam setelah lelah beraktifitas seperti biasa kami beristirahat sambil membuka obrolan, dimulai dari membicaaraken masalah kuliah, saat itu saya bersama dua orang teman saya (bertiga) kemudian teman saya yang pertama mulai membuka obrolan “gila tu dosen killer abis, masa kuliah selama enam bulan hanya ditentukan sama satu hari kan enggak sepadan tuh” kemudian teman yang lain menimpal ”ia bener tuh” berhubung meraka kuliah pada kelas yang sama dan memiliki masalah yang sama pula jadi teman saya yang kedua menyetujui pernyataan teman saya yangpertama, karna dua orang melawan satu saya tidak berani merubah tema pembcaraan malam ini, tetapi selang beberapadetik saya tertarik untuk tahu lebih banya tentang masalah ini. Kemudian saya bertanya ”emang kenapa?” kemudian teman saya yang pertama dengan berapi-api memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya lontarkan, “masasih ujian bibuat seperti ujian comprehensive yang biasa dilakukan dalam setiap persidangan, yang parahnya lagi mahasiswa yang ridak bisa menjawab pertanyaan langsung diberikan nilai E, kan gak sepadan untuk menilai kecerdasan seseorang dengan satu pertanyaan, belum lagi masalah didunia nyata tidak dapat diselesaikan dengan datu disiplin ilmu, apalagi hanya satu matakuliah, satu refransi buku apalagi hanya dengan satu pertanyaan saja, kan tidak!!!!

Beruntuk kalo pertanyaannya gue udah pernah baca, kalo gw lupa nilai E sudah gak diragukan lagikan kalo gitu kapan lulusnya gw sekarang aja udah semester XII

Karna melihat keseriusan teman saya dalam bercerita saya segan untuk memberikan tanggapan, karena saya hanya tersiam saya takut dianggap tidak mendengarkan keluhan meraka saya coba bertanya kembali ” terus lo pada mau ngelakuin apa ama ni masalah? Teman saya yang satu lagi menjawab pokoknya gw mau temuin kepala jurusan gw mau ceritain semuanya pokoknya gw minta untuk ngerubah system pendidikan yang kaya gitu kalo perlu amp eke universitas” tegas teman saya, kemudian tanpa sedikitpun kekocakan yang ditampakkan oleh saya dan kedua teman saya semua terdian seakan-akan berfikir padahal saya belum sempatmemikirkan saya hanya terdiam menunggu cerita selanjutnya, disela-sela kebisuan kami nyeletup teman bertanya ”menurut lo gimana” weah… saya langsung terkejut melihat teman saya bertanya tetapi pandangannya tertuju pada saya itu menandakan bahwa mereka mengharapakn saya memberikan jawaban, sebagai penghuni yang tergolong tua saya coba berani memberikan tanggapan, karena saya tidak ingin sok menasehati ahirnya saya ajak mereka untuk berfikir bersama “jika kita ibaratkan system pengajaran seperti itu adalah air yang ber batu dan mengalir dengan deras, kemudian kita adalah ikan yang berasi di air yang deras itu, dan tujuan atau system yang kita harapkan berada di hulu air.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Yang dapatkita lakukan ada tiga hal dalam menghadapi masalah tersebut, yang pertama kita melawan arus jika kita mampu melawanya, yang kedua kita bersembunyi dibalik batu untuk menghindari arus yang deras sehingga kita tidak kelelahan dan terhanyut dan sembari mengumpulkan tenaga jika sewaktu-waktu arus melemah kita bisa ke hulu, yang ketiga kita mengikuti arus sampai kehilir.

Mengapa demikian kerana dalm strategi yang pertama kita tentang kebijakan itu jika kita mememiliki kesempatan untuk mengkomunikasikannya secara benar dan pada orang yang benar, jika tidak maka kita akan kehabisan energi dan buang-buang waktu karna kita akan terhanyut dan mati, yang kedua jika kita tidak memiliki kesempatan yang bertama pndahkan cara berfikir kita dari menentang menjadi tantangan, daripada kita terus melawan tetapi tidak mampu lebih baik kita berdoa dan buat diri kita pantas untuk mendapat kan nilai A denga tes tersebut. (jadikanlah hambatan menjadi peluang :eko) sehingga nilai E menjauh dari kita dan terhanyut bersama derasnya air, kemudian yang ketiga jika kita tidak memiliki kesempatan yang pertama dan kedua maka agar kita ridak merugi berlipat lipat kita harus melemah, ganti saja dosennya, karena jika kita tetap megambil kelas itu namun tidak ingin mengikuti proses yang diberikan maka yang terjadi penolakan dari dalam diri dan itu tidak baik untuk kesehatan spirituan maupun mental dan kita akan gugur sebelum berperang.

Teman-teman ku ini kisah nyata dan terjadi pada tahun 2008, wasiat untuk kita semua bahwa bahwa tidak pernah ada ruginya jika kita mencoba besikap positif dalam setiap masalah.

Tidak ada komentar: